Senin, 28 Desember 2015

Solusi Kelulusan Sarjana selain Skripsi

skripsi itu nggak ada efek nyata dan langsung untuk kita setelah lulus kuliah, kecuali bagi mereka yang pengin kuliah lagi di bidang yang sama atau bekerja di bidang yang sama -jadi dosen atau praktisi. Dan sangat tidak ngefek bagi mereka yang kemudian kerja di bank, atau jadi agen asuransi.
Kalo nggak percaya, coba tanya kakak kelas kamu yang udah lulus dan bekerja, apa ketika mereka interviu kerja ditanyakan skripsinya apa? Jawabannya pasti nggak, karena gue juga yakin, pewawancaranya pasti nggak mau ngungkit-ngungkit dirinya sendiri pas dulu ngerjain skripsi. HINA!


Skripsi bagi institusi tentunya bermanfaat selain untuk ngisi pajangan di rak-rak buku, juga untuk menambah kekhasanahan dunia ilmiah. Tapi dari sisi mahasiswa, skripsi itu lebih banyak sia-sianya gue rasa, dan kayaknya yang membaca ini 90% setuju, bagi yang nggak setuju, coba cek diri kamu sendiri, jangan-jangan kamu zombie.
Walaupun memang, secara bawah sadar bagi orang yang membuat skripsi, mereka akan lebih pintar berpikir analitik. Seenggaknya salah satu sisi positifnya itu, yang lainnya salah semua.
tetapi disisi lain, ada yang sepakat, ada juga yang nggak sepakat ketika skripsi bakal nggak diwajibin bagi yang mau jadi sarjana. Kalo mahasiswa pada sepakat, itu udah lumrah. Cuma gue rada curiga sama mahasiswa atau orang yang nggak sepakat dengan usulan skripsi yang bakal diganti ini. Mungkin kalo skripsi udah nggak diwajibin, mereka bakal kehilangan bisnis perdukunan skripsi-nya.
Tapi gue nggak mau suudzon, siapa tau mereka emang pengin mempertahankan sistem skripsi sebagai syarat lulus, karena orang yang nggak bisa bikin skripsi, nggak bisa dibilang 'gentle', katanya. Bener memang, pressure makes you stronger.

---

Gimana donk solusi terbaiknya?
 

Kebayang kalo gue jadi rektor, gue akan lebih santai meluluskan mahasiswa-mahasiswanya, "Kalo lulus ya lulus aja, kenapa harus gue yang repot?!", kemudian lompat dari rektorat.

Seandainya kejadian mahasiswa yang mau lulus dikasih pilihan skripsi, penelitian, atau pengabdian masyarakat; gue rasa jatohnya akan jadi sama aja, yaitu mahasiswa yang lulusnya karena terpaksa.

Selama selalu ada patokan untuk lulus, akan ada aja cara mahasiswa untuk ngakalin jalan pintasnya, mahasiswa kan jenius. Dan ada alasan kenapa mahasiswa bisa berperilaku seperti ini, yaitu karena desakan.

Logikanya, mahasiswa kuliah sendiri, biaya sendiri, ngurus lulus sendiri, setelah lulus nyari kerja sendiri. Apa nggak gila?! Belum lagi ketika mereka harus dihadapi dengan kenyataan hidup: 12 tahun sekolah, 4 tahun kuliah, kemudian kerja seumur hidup.

Nah, harus ada solusi win-win antara mahasiswa dengan kampus sebagai pintu terakhir untuk bisa berkarier dalam hidup, salah satunya adalah mahasiswa dikasih kebebasan untuk milih jalan kelulusannya sendiri: sesuai dengan minatnya apa, passionnya apa, dan potensinya apa.
 

Karena nggak semua mahasiswa seneng penelitian atau pengabdian, ada aja mahasiswa yang suka bisnis, arahin lah mahasiswa itu untuk bikin bisnis plan dengan modal kecil. Ada juga mahasiswa yang suka jurnalis, bisa diarahin ke dunia jurnalistik. Ada juga mahasiswa yang seneng main game, bikinin mereka kompetisi game: yang menang lulus - yang kalah ngulang. Ini baru kompetisi sehat!

Hmm, jadi kepikiran. Kenapa dulu sekolah siswa-siswi masuknya bareng dan lulusnya bareng, sedangkan kuliah mahasiswa masuknya bareng tapi lulusnya sendiri-sendiri? Ini kan hal simple tapi ajaib. Satu alasannya, karena guru sekolah itu lebih perhatian sama murid-muridnya, lah kalo kuliah, jangankan perhatian, dosen yang inget nama mahasiswanya aja udah terancam punah.

Jangankan wacana skripsi yang dijadi pilihan, sebenernya -imho, sistem yang dipake saat ini pun masih bisa efektif, asalkan peran dosen sebagai 'pengganti orang tua di kampus' bisa dimaksimalin. Dimana mereka mampu memprioritaskan mahasiswa bimbingannya di atas semua kesibukan dan project-project mereka: mahasiswanya dibimbing dengan sabar dan asik, ramah dan baik, untung-untung SPP mahasiswanya dibayarin, dibayarin juga uang bulanannya, atau dijodohin sama anaknya yang cakep.

Gue rasa, apapun syarat kelulusan seorang sarjana, seandainya dosen bisa lebih perhatian, semuanya akan baik-baik aja. Ya gak?

Itu pendapat gue, gimana pendapat kamu?
 
 
:)


Senin, 28 September 2015

Buat Para Calon Mahasiswa Baru, Inilah Perbedaan Dunia Kuliah dan Sekolah



“Yeah LULUS!”
“Corat-coret! Corat-coret!”
Mungkin itu kata-kata itu yang keluar saat kamu melihat pengumuman kelulusan dari sekolah, entah secara online, surat yang dikirim ke rumah, ataupun lewat desiran angin yang membisikkan kata “kamu lulus” kalau kamu memang sekolah di perguruan pendekar calon Avatar.
Tapi tahukah kamu?
Lulus bukanlah akhir, namun merupakan awal. Awal dari penderitaan. Huwahahahah

Karena ketika memasuki dunia perkuliahan, kamu akan menemukan banyak perubahan. Kamu akan mengalami culture shock karena perbedaan itu.
Beruntung kamu lagi buka blog ini. Kalian sebentar lagi akan segera mendapatkan pencerahan tentang gambaran apa saja perbedaan dunia kuliah dan dunia sekolah.
Langsung aja, check these out!
1. Corat-Coret
Hal pertama yang dilakukan anak sekolah setelah menerima pengumuman lulus adalah
nyamperin orang tua terus cium tangan dan memeluknya lalu mencuci kaki ibucorat-coret. Kegiatan corat-coret ini menjadi agenda utama karena memang dari foto-foto dan cerita yang beredar di kalangan anak-anak yang udah duluan lulus, coret-coret sangat menyenangkan dan sarat makna.
Bayangkan saja, baju sekolah yang dulunya putih, kini dibuat menjadi colorful. Mungkin bagi beberapa orang yang addict terhadap online shop bakalan mencoret bajunya dengan motif tribal.
Semasa sekolah, yang dicoret adalah ini baju
gadis_sma_cantik_coret_seragam-615x350Saat kuliah, kelak yang akan dicorat-coret adalah tugas dan skripsi
Ini skripsinya si @adhiefahmi. Keren ya? X-nya ada 2. Itu kalau dalam Romawi nilainya 20.
Ini skripsinya si @adhiefahmi. Keren ya? X-nya ada 2. Itu kalau dalam Romawi nilainya 20.
2. Perlengkapan
Sekolah
via pennyappeal
via pennyappeal
Kuliah
IMG_0165
Cuma ini. Itu juga hasil minjem, kagak dibalikin lagi.
3. Jam Bangun
Sekolah
Jam 6 pagi
shutterstock_107370656-wake-up-stretch
Credit: Shutterstock
Kuliah
Jam 11 siang
Credit: Disney






Berangkat


Sekolah
via Tumblr
via Tumblr
Kuliah
via giphy
via giphy
6. Ngerjain Tugas
Sekolah
homework
Kuliah
via kopernik.ngo
via kopernik.ngo
ujung-ujungnya…
f320eb73be76285500464a4ebfd22f49
7. Di Kelas
Sekolah
via wolfvsgoat.com
via wolfvsgoat.com
Kuliah
Credit: Bloomberg
Credit: Bloomberg
8. Pacaran
Sekolah
Cukup jadi anak basket/futsal, punya motor, makan mie ayam bareng + bercanda, langsung jadian.
Kuliah
Udah UKM basket/futsal, udah punya motor, bahkan udah kerja, ngajak makan + nonton, bercanda juga udah. Tapi tetep jomblo juga.
Credit: Cartoon Network
Credit: Cartoon Network

Menurut kalian, apa lagi bedanya sekolah dan kuliah? Yuk tulisin di kolom comment di bawah!




Rabu, 01 Juli 2015

Kalimat-Kalimat yang Dipakai untuk Menyembunyikan Perasaan

Permainan petak umpet waktu kecil ternyata berefek buruk bagi anak-anak yang maininnya. Petak umpet adalah permainan di mana ada satu orang yang jaga, dan yang lain bersembunyi. Itu menyenangkan kalau dilakukan waktu kecil. Namun semuanya berubah ketika beranjak dewasa. Permainan petak umpet menjadi menakutkan, sekaligus menyakitkan, karena yang di-petak-umpet-kan bukan lagi badan kita, tapi perasaan.
Lebih menyesakkannya lagi, seringnya main petak umpet sendiri. Diri sendiri yang ngumpetin perasaan, dan diri sendiri yang menjaganya.

Banyak alasan yang dijadikan pembenaran oleh orang-orang yang sedang menyembunyikan perasaan. Ada yang tetap bersembunyi karena nggak mau ngalahin gengsi, ada yang bilang menyembunyikan perasaan karena rasanya mustahil menggapai si dia, ada yang memutuskan menyembunyikan perasaan karena takut merusak kedekatan yang sudah terjalin, sampai yang paling pahit, menyembunyikan perasaan karena harus, karena dia sudah milik yang lain.
giphy
Nggak ada orang yang menyembunyikan sesuatu tanpa usaha. Sayangnya, usaha menyembunyikan sesuatu itu selalu terkesan seperti sedang berbohong. Ya memang, daripada ketahuan sedang menyembunyikan perasaan, entah itu suka, cinta, atau cuma kangen, orang itu biasanya menutupinya dengan ini…
“Apa kabar?”
Nggak ada “Apa kabar?” yang benar-benar “Apa kabar?” Pertanyaan ini bisa banget sebenarnya berarti “Apa kabar sama pacar kamu? Kapan putus?” atau “Apa kabar hati kamu? Masih mencintaiku?…….. Hahaha, nggak deh, hati kamu mana pernah kayak gitu.”
Untuk urusan mantan, pertanyaan ini sering kali terlontar dan diikuti dengan “Ke mana aja? Sombong deh.” Padahal niatnya mau bilang “Kamu makin cakep. Aku kangen,” jadi berbelit-belit dan basi kayak gitu.
Biasanya lagi, akan bawa-bawa orang lain buat makin menutupi perasaan, misalnya dengan bawa-bawa mama. “Mama nanyain kamu.” Mama di sana mungkin maksudnya hati.
Pada tingkatan lebih absurd lagi, sampe anggota-anggota keluarga lain ikut dibawa juga. “Papa ngajak main catur tuh,” “Kakak pengen ditemenin ke bengkel tuh,” sampe “Si bibi ngajak nyuci bareng tuh.”
“Ada tugas nggak?”
Ini sangat berlaku buat secret admirer.
Orang yang lagi jatuh cinta, pastilah pengen ngobrol banyak sama orang yang lagi dia suka. Tapi keadaannya menjadi sulit ketika suka + gengsi – gengsi (tapi gak punya bahan obrolan) = kikuk.
Karena kikuk, jadilah apa juga ditanyain, contohnya tugas itu. Tugas dijadikan lahan modus bagi mereka yang menyembunyikan perasaan supaya bisa kontekan sama sang idaman. “Eh, ada tugas nggak?” Niatnya sih nanya kayak gitu biar obrolannya manjang, eh apesnya dibalesnya singkat doang, “Gak tau.” Atau kalau dia gaul balesnya, “Gx tw.”
Emang gitu sih orang yang lagi nyembunyiin perasaan mah, demi mengisyaratkan “gue kangen” atau “gue suka” tapi pake ditutupin sampe pertanyaan paling nggak penting sekalipun ditanyain, “Eh, penggorengan di rumah aku bentuknya oval loh, kalo di rumah kamu kayak gimana sih? Oval juga apa limas segitiga?”
“Minjem catetan dong!”
Kalau suka sama orang emang bawaannya pengen ketemu lagi, ketemu lagi. Dan teknik paling standar, basi, tapi masih ampuh dalam usaha mendekati sambil menyembunyikan perasaan.
Bilangnya sih minjem catetan, padahal dia juga udah nyatet. Minjem biar ada alasan biar kalau catetan dia ditanyain, dia ingat nama kamu dan nyebutin nama kamu. “Lagi dipinjem sama si kupret, tuh!” Misalnya. Dan yang pasti, kalimat ini sering dipake buat nyembunyiin perasaan ingin ketemu terus sama si gebetan.
“Cuma temen kok.”
Kalimat ini sering digunakan bagi mereka yang sudah dekat, sudah dekat, dekat banget, sampe-sampe bikin orang-orang di sekitarnya, khususnya teman-teman terdekatnya bingung lalu bertanya, “Kalian ini sebenernya gimana sih?” atau “Kalian deket banget, jadian ya?”
Tapi semuanya terbentur karena perasaan yang terus kamu sembunyikan, atau mungkin pas ditanya orangnya ada di situ, jadilah hanya bisa bilang, “Iiih apa sih, cuma temen kok.”
Padahal dalam hati “Cuma temen kok. Pengennya sih lebih, tapi dianya gak nembak-nembak.” #eaaa
“:)”
Dan inilah yang paling sering orang gunakan untuk menyembunyikan perasaan. Misalnya ketika gebetan yang selama ini dideketin akhirnya malah jadian sama yang lain, atau ketika kangen tapi orang yang dituju nggak kunjung nyadar. Bisa saja orang itu nulis :), padahal hatinya :'(, :'(((((, atau bahkan :”””””””””””””( </3.
Dari semua itu, ada satu hal yang pasti.
Apa pun alasannya, apa pun cara yang digunakannya, tujuan dari menyembunyikan perasaan adalah: untuk ditemukan.
Sayangnya, nggak semua orang dapat mewujudkan tujuannya.

Selasa, 02 Juni 2015

Teaching writing





A.                Type of classroom writing activities ( based on douglas brown)
1.   Imitative, or writing down
At the beginning level of learning to write, student will simply “write down” english letters, words, and possibly sentences in order to learn the conventions of the orthographic code. Some forms of dictation fall into this category, although dictations can serve to teach and test higher-order processing as well. Dictations typically involve the following steps :
a.   Teacher reads the a short paragraph once or twice at normal speed
b.   Teacher reads the paragraph in shorts phrase units of three or four words each, and each unit is followed by a pause
c.   During the pause, students write exactly what they hear
d.   Teacher theb read the whole paragraph once more at normal speed to students can check their writing
e.   Scoring of student’s written work can utilize a number of rubrics for assigning points. Usually spelling and punctuations errors are not considered as severe as grammatical errors.
2.   Intensive, or controlled
Writing is sometimes used as a production mode for learning, reinforcing, or testing grammatical concepts. This intensive writing typically appears in controlled , writing grammatical exercises. This type of writing does not allow much, if any, creativity on the part of the writer
A common form of controlled writing is to present a paragraph to students in which they have to alter a given structure throughout. so, for example, they may be asked to change all present tense verbs to past tense:in such a case, students may need to alter other time references in the paragraph.
3.   Self writing
A significant proportion of classroom writing may be devoted to self writing, or writing with only the self in mind as an audience.
4.   Display writing
For all language students, short answer exercises, essay examinations, and even research reports will involve an element of display. For academically bound ESL students, one of the academic skills that they need to master is a whole array of display writing techniques.
5.   Real writing
Three subcategories illustrate how reality can be injected :
a.   Academic
The language experience approach gives groups of students opportunities to convey genuine information to each other. Content- based instruction encourages the exchange of useful information, and some of this learning  uses the writing word. Group problem-solving  tasks,  relate to current issues and other personally relevant topics, may have a writing component in which informations is genuinely sought and conveyed. Peer-editing work adds to what would otherwise be an audience  of one (the instructor), and provides real writing opportunity.
b.   Vocational/ technical
Quite a variety of real writing can take place in classes of students studying english for advancement in their occupation. Real letters can be written; genuine directions for some operation or assembly might be given; and actual forms can be filled out.
c.   Personal
In virtually any ESL class, diaries, letters, post cards, notes, personal messages, and other informal writing can take place , especially within  the context of  an interactive classroom.   
B.The writing process (jack c richart)
The writing process as a private activity may be broadly seen as comprising four main
stages: planning, drafting, revising and editing.
1.       Planning (pre-writing)
Pre-writing is any activity in the classroom that encourages students to write. It stimulates
      thoughts for getting started. In fact, it moves students away from having to face a blank
page toward generating tentative ideas and gathering information for writing. The following activities provide the learning experiences for students at this stage:
·        GROUP BRAINSTORMING
     Group members spew out ideas about the topic. Spontaneity is important here. There are
no right or wrong answers. Students may cover familiar ground rst and then move off to
more abstract or wild territories.
·        CLUSTERING
Students form words related to a stimulus supplied by the teacher. The words are circled
and then linked by lines to show discernible clusters. Clustering is a simple yet powerful
strategy: “Its visual character seems to stimulate the owof association and is particularly good for students who know what they want to say but just can’t say it”
·        RAPID FREE WRITING
Within a limited time of 1 or 2 minutes, individual students freely and quickly write down single words and phrases about a topic. The time limit keeps the writers’ minds ticking and thinking fast. Rapid free writing is done when group brainstorming is not possible or because the personal nature of a certain topic requires a different strategy.
·        WH-QUESTIONS
Students generate who, why, what, where, when and how questions about a topic. More
such questions can be asked of answers to the rst string of wh-questions, and so on. This
can go on indenitely.
2.       DRAFTING
At the drafting stage, the writers are focused on the
uency of writing and are not preoccupied with grammatical accuracy or the neatness of
the draft. One dimension of good writing is the writer’s ability to visualise an audience.
Although writing in the classroom is almost always for the teacher, the students may also
be encouraged to write for different audiences, among whom are peers, other classmates,
pen-friends and family members. A conscious sense of audience can dictate a certain style to be used. Students should also have in mind a central idea that they want to communicate to the audience in order to give direction to their writing.
RESPONDING
Responding to student writing by the teacher (or by peers) has a central role to play in the
successful implementation of process writing. Responding intervenes between drafting and
revising. It is the teacher’s quick initial reaction to students’ drafts. Response can be oral
or in writing, after the students have produced the rst draft and just before they proceed
to revise. The failure of many writing programmes in schools today may be ascribed to the fact that responding is done in the nal stage when the teacher simultaneously responds and evaluates, and even edits students’nished texts, thus giving students the impression that nothing more needs to be done.

3.       REVISING
When students revise, they review their texts on the basis of the feedback given in the
responding stage. They reexamine what was written to see how effectively they have communicated their meanings to the reader. Revising is not merely checking for language errors (i.e., editing). It is done to improve global content and the organisation of ideas so that the writer’s intent is made clearer to the reader.
4.       EDITING
At this stage, students are engaged in tidying up their texts as they prepare the nal draft for evaluation by the teacher. They edit their own or their peer’s work for grammar, spelling,punctuation, diction, sentence structure and accuracy of supportive textual material such as quotations, examples and the like. Formal editing is deferred till this phase in order that its application not disrupt the free ow of ideas during the drafting and revising stages.
EVALUATING
Very often, teachers pleading lack of time have compressed responding, editing and evaluating all into one. This would, in effect, deprive students of that vital link between draftingand revision that is, responding which often makes a big difference to the kind of writing that will eventually be produced. In evaluating student writing, the scoring may be analytical (i.e., based on specic aspects of writing ability) or holistic (i.e., based on a global interpretation of the effectiveness of that piece of writing). In order to be effective, the criteria for evaluation should be made known to students in advance. They should include overall interpretation of the task, sense of audience, relevance, development and organisation of ideas, format or layout, grammar and structure, spelling and punctuation, range and appropriateness of vocabulary, and clarity of communication. Depending on the purpose of evaluation, a numerical score or grade may be assigned. Students may be encouraged to evaluate their own and each other’s texts once they have been properly taught how to do it. In this way, they are made to be more responsible for their own writing.
post-writing
Post-writing constitutes any classroom activity that the teacher and students can do with
the completed pieces of writing. This includes publishing, sharing, reading aloud, transforming texts for stage performances, or merely displaying texts on notice-boards. The post-writing stage is a platform for recognising students’ work as important and worthwhile. It may be used as a motivation for writing as well as to hedge against students nding excuses for not writing. Students must be made to feel that they are writing for a very real purpose.

Based on david nunan’s book, practical english language teaching, there are three invention techniques in writing: brainstorming, wordmapping, and quickwriting.
1.   Brainstorming
It can be done individually, pairs or groups of students. Student will list all the ideas they can think of related to a topic. If no topic is given, student can braistorm possible topic. From the list of braistormed ideas or topics, students can choose those they are most interested in, or fill they can write most proficiently about.
2.   Wordmapping
It is begun with an idea at the top of center of a blank piece of paper. Then the students will think of related ideas or words and draw relationship with a series of boxes, circle and arrows.
3.   Quickwriting
it is begun with a topic, but then write rapidly about it. the teacher may give limited time and instruct the students not to arrase or cross out text without concern for spelling, grammar, or punctuation. Then they will identify key ideas or interesting thoughts  by underlining them. So these ideas or used in the first draft of their essay.


While writing there are three steps: drafting, feedback, and revising
drafting is the first step after the student have developed their topic and ideas. The students should be reminded that at this point, they need to focus on the development of ideas and the organization of those ideas more than the development of perfect grammar, punctuation, or spelling.
The next step, the instructor can make comments about the organization of ideas, not about the grammar. At this point, the instructor can also utilize peer feedback. Student exchange papers and provide each other with commonts on the papers content
After students have received feedback, they will begin the process of revising their papers. The teachers should understand that they need to spend time to talk about the process of re-organization, developing ideas as separate from editing for grammar or spelling.
Before the final draft is turned in for evaluation, student should read  for mistakes in spelling, grammar, punctuation. Students can help each other in this step which is called proofreading and editing.  It is important to students for their own writing