Jumat, 09 Juni 2023

Picture Series Technique



According to (Daryanto, 2016) Picture Series is a learning method that use images and is paired / sorted into a logical sequence. In addition As (Kayi, 2006), Picture series is a number of Pictures which representation of anything (as a person, produced means of painting, drawing, engraving, photography, etc) in applying a strategy of teaching.


In teaching speaking skills, there are several principles that should be considered by the teacher. One of the important principles is to provide something for learners that will encourage or stimulate them to talk. There are many things that can be to fortify them to talk. For this situation, visual boosts as a photo arrangement were utilized as a part of instructing talking. Connecting to visual or aural jolts, (Hill, 1990) says that visuals have the favorable circumstances
a. of being modest,
b. of being accessible as a rule,
c. of being close to home, that is, they are chosen by the educator, which prompts a programmed sensitivity amongst instructor and materials,
d. consequent eager utilize, and
e. of bringing images into the unnatural world of the language classroom.

Moreover, (Harmer, 1991) brings up that the educator can fortify the understudies to create oral pieces by demonstrating to them a progression of pictures, emulating a story, or playing them a tape with a progression of sounds. Therefore, the Pictures Series Technique was used in teaching and learning speaking. In addition, (Bailey, K, 2005) states that, in a speaking lesson, pictures and “manipulables” can provide the motivation for talking. 

Then, he also stated: Using pictures as the basis of speaking lessons also gives the learners something to talk about, something to focus on other than their own uncertainty with the new language. Regardless of whether you utilize shaded photos from logbooks, ads pattern from magazines, or pictures you situate on the web, pictures add enthusiasm to talking exercises and can propel individuals to talk.
(Bailey, K, 2005) Speaking and writing are both beneficial aptitudes and pictures can regularly be utilized as a part of comparable approaches to advance them (Wright, 2004) furthermore expresses that photos can fortify and give data to be alluded to in discussion and discourse as in narrating. Moreover, (Bowen & B, 1991) states that a sequence of pictures are a series of pictures on a single subject. They reveal their story or theme, like a strip cartoon. In a connected set of illustrations, for good selection and display, the teacher must:
b. Make the titles and captions large enough to read, or omit them all together and do the describing orally;
c. Link pictures. There should be continuity of characterization, setting and subject from picture to picture, with figures of uniform size and recurring landmarks;
d. If book or magazine representations are replicated, they ought to be disentangled and parts not basic to encouraging points ought to be forgotten;
e. The pictures themselves should all be the same size and similarly mounted in order to make a set.

Sabtu, 03 Desember 2022

“Tolong beri aku waktu! Beri aku kesempatan.”

 

“Tolong beri aku waktu! Beri aku kesempatan.”

Kadang kita tak hentinya meminta waktu, meminta kesempatan lagi kepada orang lain, kepada semesta, bahkan kepada Tuhan. Sebuah kesalahan yang sudah kamu lakukan, jika itu diperbuat tanpa ada unsur kesengajaan, hanya mengikuti kata hati, dan itu salah, maka kamu pasti ingin memperbaikinya sepenuh hati.

Namun apa daya? Waktu itu sudah dirancang Tuhan dan dieksekusi semesta berputar searah jarum jam, atau perputaran jarum jam itu sendiri yang mengikuti arah berjalannya waktu. Entahlah, yang pasti waktu terus berjalan, ke depan. Kata “seandainya” takkan pernah habis terlintas dalam benak seseorang yang sudah melakukan kesalahan, tanpa ia sengaja. Kata tersebut sepertinya bergandengan dengan benda nista bernama penyesalan.

 Dalam sebuah penyesalan, meskipun selalu datang terlambat, justru keterlambatan itu yang membuat kita harus lebih berhati-hati. Kamu mungkin bisa memutar jarum jam ke arah yang sebaliknya, tetapi kamu tak akan pernah bisa memutar waktu kembali. Semuanya tak akan pernah sama lagi.

Jika kamu bersungguh memperbaiki kesalahan, maka hal paling masuk akal setelah melewati semua fase “denial” dengan segala “seandainya” dan penyesalan adalah tetap melangkah ke depan, menjadikan yang di belakang sebagai pelajaran. Seperti jarum detik yang terus berjalan, perlahan mengajak jarum menit dan jam maju, melewati semua.

Karena tak ada yang bisa memperbaiki kesalahan di masa lalu selain perbuatanmu kini, dan di masa depan nanti. Untuk memulainya, kamu sendirilah yang harus memberi waktu untuk dirimu sendiri.”

Rabu, 17 Juli 2019

Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

Pengertian Discovery Learning 

Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Discovery Learning
Model pembelajaran penemuan (discovery learning) diartikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan informasi secara langsung tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasikan pemahaman mengenai informasi tersebut secara mandiri. Siswa dilatih untuk terbiasa menjadi seorang yang saintis (ilmuan). Mereka tidak hanya sebagai konsumen, tetapi diharapkan pula bisa berperan aktif, bahkan sebagai pelaku dari pencipta ilmu pengetahuan.

Berikut ini beberapa pengertian discovery learning dari beberapa sumber buku:
  • Menurut Hosnan (2014:282), discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. 
  • Menurut Kurniasih, dkk (2014:64), Model discovery learning adalah proses pembelajaran yang terjadi bila pelajaran tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,tetapi diharapkan siswa mengorganisasikan sendiri. Discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. 
  • Menurut Sund, discovery learning adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut antara lain mengamati, mencerna, mengerti menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Suryasubrata, 2002:193). 
  • Menurut Ruseffendi (2006:329), metode Discovery Learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. 
  • Menurut Asmui (2009:154), metode Discovery Learning adalah suatu metode untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yng diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah untuk dilupakan siswa.

Jenis dan Bentuk Discovery Learning 

Menurut Suprihatiningrum (2014:244), terdapat dua cara dalam pembelajaran penemuan (Discovery Learning), yaitu:
  1. Pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) yakni pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan. 
  2. Pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) yakni pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya. 
Bentuk metode pembelajaran Discovery Learning dapat dilaksanakan dalam komunikasi satu arah atau komunikasi dua arah bergantung pada besarnya kelas, yang dijelaskan lebih detail sebagai berikut (Oemar Hamalik, 2009:187):
  1. Sistem satu arah. Pendekatan satu arah berdasarkan penyajian satu arah yang dilakukan guru. Struktur penyajiannya dalam bentuk usaha merangsang siswa melakukan proses discovery di depan kelas. Guru mengajukan suatu masalah, dan kemudian memecahkan masalah tersebut melalui langkah-langkah discovery.
  2. Sistem dua arah. Sistem dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaanpertanyaan guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang tepat atau benar.

Karakteristik dan Tujuan Discovery Learning 

Menurut Hosnan (2014), ciri atau karakteristik Discovery Learning adalah (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, mengabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.

Sedangkan menurut Bell, metode Discovery Learning meliliki tujuan melatih siswa untuk mandiri dan kreatif, antara lain sebagai berikut (Hosnan, 2014):
  1. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan. 
  2. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit mauun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
  3. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan. 
  4. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan mneggunakan ide-ide orang lain.
  5. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
  6. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru. 

Langkah-langkah Discovery Learning 

Menurut Veerman (2003) langkah-langkah pembelajaran dalam model discovery learning antara lain Orientation, Hypothesis Generation, Hypothesis Testing, Conclusion dan Regulation, yang secara rinci dijelaskan sebagai berikut:

a. Orientation 

Guru memberikan fenomena yang terkait dengan materi yang diajarkan untuk memfokuskan siswa pada permasalahan yang dipelajari. Fenomena yang ditampilkan oleh guru membuat guru mengetahui kemampuan awal siswa. Tahap orientation melibatkan siswa untuk membaca pengantar dan atau informasi latar belakang, mengidentifikasi masalah dalam fenomena, menghubungkan fenomena dengan pengetahuan yang didapat sebelumnya. Sintaks orientation melatihkan kemampuan interpretasi, analisis dan evaluasi pada aspek kemampuan berpikir kritis. Produk dari tahapan orientation dapat digunakan untuk tahapan yang lainya terutama tahapan hypothesis generation dan conclusion.

b. Hypothesis Generation 

Informasi mengenai fenomena yang didapatkan pada tahapan orientation digunakan pada tahapan hypothesis generation. Tahapan hypothesis generation membuat siswa merumuskan hipotesis terkait permasalahan. Siswa merumuskan masalah dan mencari tujuan dari proses pembelajaran. Sintaks hypothesis generation melatihkan kemampuan interpretasi, analisis, evaluasi dan inferensi. Masalah yang telah dirumuskan diuji pada tahapan hypothesis testing.

c. Hypothesis Testing 

Hipothesis yang dihasilkan pada tahapan hypothesis generation tidak dijamin kebenaranya. Pembuktian terhadap hipotesis yang dibuat oleh siswa dibuktikan pada tahapan hypothesis testing. Tahapan pengujian hipotesis siswa harus merancang dan melaksanakan eksperimen untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan, mengumpulkan data dan mengkomunikasikan hasil dari eksperimen. Sintaks hypothesis testing melatihkan kemampuan regulasi diri, evaluasi, analisis, interpretasi dan penjelasan.

d. Conclusion 

Kegiatan siswa pada tahapan conclusion adalah meninjau hipotesis yang telah dirumuskan dengan fakta-fakta yang telah diperoleh dari pengujian hipotesis. Siswa memutuskan fakta-fakta hasil pengujian hipotesis apakah sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan atau siswa mengidentifikasi ketidaksesuaian antara hipotesis dengan fakta yang diperoleh dari pengujian hipotesis. Tahapan conclusion membuat siswa merevisi hipotesis atau mengganti hipotesis dengan hipotesis yang baru. Sintaks conclusion melatihkan kemampuan menyimpulkan, analisis, interpretasi, evaluasi dan penjelasan.

e. Regulation 

Tahapan regulation berkaitan dengan proses perencanaan, monitoring dan evaluasi. Perencanaan melibatkan proses menentukan tujuan dan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Monitoring merupakan sebuah proses untuk mengetahui kebenaran langkah-langkah dan tindakan yang diambil oleh siswa terkait waktu pelaksanaan dan hasil berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Guru mengkonfirmasi kesimpulan dan mengklarifikasi hasil-hasil yang tidak sesuai untuk menemukan konsep sebagai produk dari proses pembelajaran. Sintaks regulation melatihkan kemampuan evaluasi, regulasi diri, analisis, penjelasan, interpretasi dan menyimpulkan.

Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning 

Suherman, dkk (2001:179) menyebutkan terdapat beberapa kelebihan atau keunggulan metode Discovery Learning, yaitu:
  1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir. 
  2. Siswa memahami benar bahan pelajarannya, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama untuk diingat. 
  3. Menemukan sendiri bisa menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorongnya untuk melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat. 
  4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks. 
  5. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Sedangkan menurut Kurniasih, dkk (2014:64-65), metode Discovery Learning juga memiliki beberapa kelemahan atau kekurangan, antara lain sebagai berikut:
  1. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep- konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. 
  2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karna membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori untuk pemecahan masalah lainnya. 
  3. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara- cara belajar yang lama. 
  4. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
  5. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.
  6. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

Daftar Pustaka

  • Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
  • Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan. Surabaya: Kata Pena.
  • Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • Ruseffendi. 2006. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika. Bandung: Tarsito.
  • Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. Manajemen Strategi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Yogyakarta: Diva press.
  • Suprihatiningrum, Jamil. 2014. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
  • Hamalik, Omar. 2009. Pendekatan Baru Strategi Belajar mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo
  • Suherman, Erman dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jica.
  • Veerman, k. 2003. Intelligent Support for Discovery Learning. Twente: Twente University Press.

Selasa, 11 Juni 2019

Jadi, Mau berlari terus ?

Pernahkah kamu berlari dan terus berlari?
Kadang kita tak pernah menemukan lelah ketika berlari. Berlari (berusaha) meninggalkan kenyataan rasanya begitu menyenangkan sekaligus menakutkan, karena berkali-kali kenyataan jelas ada di depan kita.
Ketika rasa itu menghampiri benak dan pikiran, lama-kelamaan kamu akan menemukan kesia-siaan dalam sebuah “pelarian”. Semakin jauh kamu mencoba melarikan diri dari kenyataan, semakin dekat kenyataan denganmu.
Hingga akhirnya kelelahan menjadi kenyataan berikutnya yang menghampirimu. Ada sebuah pelajaran yang hampir kita lupakan setiap berlari. Kadang kita hanya terfokus pada seberapa cepat kita berlari dan seberapa jauh kita meninggalkan. Pernahkan kita berpikir kapan saatnya berjalan? Dan kapan waktu yang tepat untuk berhenti, mengistirahatkan
diri hati ini?


"Sayangnya kita sering mencoba berlari tanpa belajar berjalan terlebih dahulu, dan melupakan bagian terpenting, yaitu berhenti. Tak heran jika kamu terus terjatuh.”

Sabtu, 12 Januari 2019

HOW TO LEARN ENGLISH WITH MOVIES

Why learn English with films?

Watching films is a lot more fun than studying with a textbook! It can also be just as useful. Here is why sitting down with a movie in English will improve your fluency:
REAL ENGLISH – Textbooks are great for learning vocabulary or grammar, but nothing is better than listening to real native English. By watching British and American films, you can listen to native English actors speaking the language in a natural way. This will help you learn modern English and sound more like a native speaker in terms of vocabulary and style.
BETTER PRONUNCIATION – Sometimes it can be hard to know how an English word is pronounced. Hearing native speakers in movies will teach you the correct way to say things. Dialogues in films also provide good examples of how sounds in words change in connected speech.
LIVE CONTEXT – When you learn a word, it can be difficult to remember what it means or how to use it. In films, words are used as part of a story and this context helps you to learn and remember them more effectively

NATIVE ACCENTS – Across Britain and America there are many different accents used to speak English. When watching films, you will hear many regional accents being used and this will help you to understand them better. Textbooks seldom provide information about English accents.
EXPLORE CULTURE – You can learn about the culture behind the language when you watch movies in English. Language and culture are closely connected. Why not study both at the same time by watching original films?

5 tips to learn English through movies

  1. Only choose interesting films!This sounds obvious, but the most important thing when using films to study English is to watch movies you will enjoy. If you choose a boring film, then you may lose interest and pay less attention to the language it uses! To find interesting films by genre, title, actor/actress or date of release, you can visit IMDB.
  2. Avoid movies that are too difficultWhen you are watching a film in English, it is important that you understand enough to follow the storyline. Try to choose a movie that suits your current level of English. If you are a beginner, you may want to start with simple cartoons or children’s films, like Toy Story. On the other hand, if you understand 99% of the dialogue between characters in a movie, it may be too easy for you.
  3. Aim to understand 70% or moreWhen learning English with films, you should aim to understand the general meaning and not every single word. Do not worry if you miss some words or phrases or do not understand the accent of a character in a movie. You can pause or rewind the film sometimes and write down new vocabulary, but avoid doing this too often. Remember that watching movies should be fun!
  4. Repeat your favourite lines!If you hear a line that you really like, write it down and repeat it! If you say it aloud, you are more likely to remember it. Sometimes, you will hear phrases that sound cool and are used in everyday English in the UK or America. Textbooks do not usually teach these informal expressions, but movie do!

Be humble



Sabtu, 22 September 2018

contoh format Telaah RPP Bahasa Inggris yang benar




FORMAT TELAAH RPP



Nama Guru   :    Ade Prima Rora, S.Pd
Mapel           :    Bahasa Inggris

No.
Komponen
Indikator
HasilTelaah
SaranTindakLanjut
Ada
Tidak Ada
A.
IdentitasMataPelajaran/Tema
1.     Menuliskannamasekolah.
2.     Menuliskanmatapelajaran.
3.     Menuliskankelasdansemester.
4.     Menuliskanalokasiwaktu.
ü
ü
ü
ü


B.
KompetensiInti
MenuliskanKI denganlengkapdanbenar.
ü


C.
KompetensiDasar
MenuliskanKDdenganlengkapdanbenar.
ü


D.
IndikatorPencapaianKompetensi (IPK)
1.     Merumuskanindikatoryang mencakupkompetensipengetahuan, keterampilan,dansikapsesuaidengan KD.
2.     Menggunakan kata kerjaoperasionalrelevandengan KDyangdikembangkan.
3.     Merumuskanindikatoryang cukupsebagaipenandaketercapaianKD.
ü


ü

ü


E
Nilai Karakter
1.     Menuliskan nilai-nilai karakter yang akan dimunculkan dalam pembelajaran
2.     Butir karakter yang dituliskan adalah butir karakter operasional
ü

ü



Butir karakter operasional
F
4 C
Mencantumkankegiatan yang mencakupketerampilan 4 C     dalamrancanganpembelajaran
ü


Perlu mencantumkan 4 C dalam rancangan pembelajaran
G
Literasi
Mencantumkankegiatanliterasi  yang akandimunculkandalampembelajaran
ü



H
TujuanPembelajaran
1.     Tujuanpembelajarandirumuskansatuataulebihuntuksetiapindikatorpencapaiankompetensi.
2.     Tujuanpembelajaranmengandungunsur: audience(A), behavior(B),condition(C), dandegree(D).
3.     Tujuanpembelajarandirumuskanuntukmasing-masingpertemuan.
ü


ü






ü

I
MateriPembelajaran
1.     Memilihmateripembelajaranreguler,remedialdanpengayaansesuaidengankompetensiyang dikembangkan.
2.     Cakupanmateripembelajaranreguler,remedial,danpengayaansesuaidengantuntutan KD,ketersediaanwaktu,danperkembanganpesertadidik.
3.     Kedalamanmaterikemampuanpesertadidik.







ü
ü


ü
Hanya materi reguler saja
J
MetodePembelajaran
1.     Menerapkansatuataulebihmetodepembelajaran.
2.     Metodepembelajaranyangdipilihadalahpembelajaranaktifyangefektifdanefisienmemfasilitasipesertadidikmencapaiindikator-indikatorKDbesertakecakapanabad 21.
ü

ü


K.
Media danBahan
1.     Memanfaatkanmedia sesuaidenganindikator, karakteristikpesertadidikdankondisisekolah.
2.     Memanfaatkanbahansesuaidenganindikator, karakteristikpesertadidikdankondisisekolah
3.     Memanfaatkanmediauntukmewujudkanpembelajarandenganpendekatansaintifikataumodelmemadai.
4.     Memanfaatkanbahanuntukmewujudkanpembelajarandenganpendekatansaintifikataumodelmemadai.
5.     Memilihmediauntukmenyampaikanpesanyangmenarik, variatif,dansesuaidenganindikatorpencapaiankompetensi.
6.     Memilihbahanuntukmenyampaikanpesanyangmenarik, variatif,dansesuaidenganindikatorpencapaiankompetensi.
ü


ü


ü


ü


ü



ü


L
SumberBelajar
1.     Memanfaatkanlingkunganalamdan/atausosial..
2.     Menggunakanbukutekspelajarandaripemerintah(BukuPesertadidikdanBukuGuru).
3.     Merujukmateri-materi yangdiperolehmelaluiperpustakaan.
4.     MenggunakanTIK/merujukalamatwebtertentusebagaisumberbelajar.
ü

ü


ü










ü







Tambahkan sumber belajar dari Web
M
Langkah- langkahPembelajaran
1.     Merumuskankegiatanpembelajaranyangmencakupkegiatanpendahuluan,inti,danpenutup.
2.     Merancangkegiatanpembelajaransesuaidengansintakspendekatan/model pembelajaranyangditerapkan..
3.     Merancangaktivitaspembelajaran yangmemfasilitasipembelajaransikap,pengetahuan, danketerampilan.
ü





ü


ü


Kegiatan pembelajaran belum sesuai dengan sintaks dari model yang dipilih
N
Penilaian
1.     Mencantumkanteknik,bentuk,dancontoh instrument penilaianpadaranahsikap,pengetahuan,danketerampilansesuaidenganindikator.
2.     Menyusunsampelbutir instrument penilaiansesuaikaidahpengembangan instrument.
3.     Mengembangkanpedomanpenskoran(termasukrubrik)sesuaidenganinstrumen.
ü






ü




ü








Rubrik penilaian belum dicantumkan
O
PembelajaranRemedial
1.     Merumuskankegiatanpembelajaranremedialyangsesuaidengankarakteristikpesertadidik,alokasiwaktu,saranadanmediapembelajaran.
2.     Menuliskansalahsatuataulebihaktivitaskegiatanpembelajaranremedial,berupa:
·      pembelajaranulang,
·      bimbinganperorangan
·      belajarkelompok
·         tutor sebaya

ü



ü
Perlu merumuskan kegiatan pembelajaran remedial
P
PembelajaranPengayaan
Merumuskankegiatanpembelajaranpengayaanyangsesuaidengankarakteristikpesertadidik,alokasiwaktu,saranadanmediapembelajaran.


ü
Perlu merumuskan kegiatan pembelajaran pengayaan


Keterangan:
1. Nilai Pelaksanaan Pembelajaran =JumlahSkor   X 100=
                                                                                             
2.    Predikat
Nilai
Predikat

N < 70
C
Perlupembinaan
71≤N≤80
B
Dapatdigunakanuntuk model bagi guru lain denganperbaikanpadabagian-bagiantertentu
N>80
A
Dapatdigunakanuntuk model bagi guru lain

                                                                                                Padang, ………………………………. 2018
Pengamat,



                                                                               
……………………………                                                                        Nip.