Kamis, 08 Januari 2015

PENDIDIKAN GAK SEBATAS NILAI BAGUS

Pendidikan itu gak sebatas nilai, ipeka, raport, transkrip, prestasi, sertifikat, atau ijazah doank sih. -____- Tapi kenapa banyak fenomena mahasiswa ngejar obsesi begituan ya? Tanya kenapa? Coba kita liat Om Roy Suryo, dia itu orang IT loh. Kerjaannya maen photoshop, tapi malah disuruh jadi menpora pas zamannya SBY, Absurd kan? Mungkin ini tanda bahwa jurusan kuliah bukan patokan profesi masa depan. *hmmm nyambung
Ngomong-ngomong soal menpora, gue jadi keinget sama pegawas ujian (emang gak nyambung). Gue keinget sama pengawas karena mereka adalah manusia paling kepo se-du-ni-a, karena apa? Karena setiap ujian, mahasiswa yang duduk di belakang selalu ditanya, "Eiy itu yang di belakang, lagi ngobrolin apa hayooo?!" *kepo kan? kepo kan? Oke abaikan pengawas ujian yang kepo. Sebenernya gue mau share tentang sebuah buku. LAH? KEMANA ARAH PEMBICARAAN INI?!!
Setelah hunting dari jaman belanda, akhirnya gue dapet sebuah buku bagus. Judulnya "Rich Dad Poor Dad", karya Robert Kiyosaki. Kenal gak? Itu loh... hmm... enggak kenal juga si. Kata orang buku ini bagus, setelah gue baca, gue kecewa karena dibohongin orang, soalnya buku ini bagus banget. 

Baru baca BAB pengantar, gue udah sepakat sama sebuah kutipan,

"Pendidikan baik dan ranking baik tidak menjamin kesuksesan."
Bagus kan? Hmm... Baru baca beberapa BAB, gue boleh bilang kalo buku ini lebih dari sekedar buku motivasi, karena buku ini juga ngajarin kita beberapa gerakan kama sutra, ngaco! Maksud gue buku ini ngajarin kita biar bisa mengubah pola pikir kuno ke pola pikir modern. Banyak hal yang gue sepakatin bahwa pola ajaran keluarga yang selama ini gue dapetin ternyata salah kaprah, misalnya pola ajaran kayak gini, "Belajar yang bener, biar dapet nilai bagus, biar bisa kuliah di univ bagus, biar nanti bisa kerja di perusahaan bagus! Awas kalo nilai jelek, gue pecat jadi anak!"
Om Kiyosaki dalam bukunya nyeritain kehidupan dia yang punya 2 ayah (mungkin ibunya poliandri). Bahwa, ayah pertama adalah ayah yang miskin (poor dad), dan ayah kedua adalah ayah yang kaya (rich dad).

Hal yang mencengangkan, ternyata ayahnya yang miskin adalah ayah bergelar Phd, dan ayah yang kaya cuma lulusan SD -- SMP gak tamat. 
enapa ayahnya yang bergelar doktor adalah ayah yang miskin?

Diceritakan bahwa, beliau adalah seorang anak yang cerdas, lulus Sarjana 4 tahun ditempuh dalam waktu 2 tahun (buset) dengan predikat pujian summa cum laude (buset lagi), terus dia melanjutkan kuliah di univ bergengsi sampe punya gelar Phd (buset buset buset), dan semuanya karena beasiswa (buset buset buset buset buset *berbusa).

Ternyata setelah menjalani kehidupan berkeluarga, gelar dan prestasi pendidikan nggak menjamin hidup keluarganya yang kaya, malah ketika ayahnya yang miskin meninggal, beliau meninggalkan beberapa utang pajak dan tagihan-tagihan lainnya.

Sedangkan ayahnya yang kaya dan cuma lulusan SD -- gak tamat SMP, menjadi ayah yang kaya karena pola pikirnya yang kaya: punya aset perusahaan, punya investasi di mana-mana. Ayahnya yang kaya justru mengajarkan bagaimana mengelola uang yang nggak diajarin di pelajaran sekolah, atau bahasa kerennya financial quotient (kecerdasan finansial).

Om Kiyosaki belajar banyak hal dari kedua ayahnya, beberapa kutipannya,

"Ayah saya yang miskin mengajarkan saya belajar giat agar nanti bisa kerja di perusahaan bagus, sedangkan ayah saya yang kaya mengajarkan saya belajar giat agar nanti bisa membeli perusahaan bagus."
"Sekolah ngajarin kita biar bisa ahli dalam pendidikan itu, tapi sekolah gak ngajarin kita gimana cara mengelola uang." (R. Kiyosaki) Banyak statement di bukunya yang gue pikir ada benernya juga. Enggak heran buku ini jadi international best seller.

-------- But anyway, tulisan ini bukan lagi promosi buku, cuma menurut gue buku ini bagus buat kita baca. Ya... saatnya membuka jendela, biar wawasan kita gak sempit kayak sempak, eh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar